Ayana, kekasih Madhon mati di tangan sahabat yang dulu dia
perjuangkan menuju puncak tertinggi di kota itu. Setelah
membunuh Seno dan kematian Ayana, Madhon menyerahkan diri dan ditangkap atas tuduhan pembunuhan
walikota dan pemberontakan.
Madhon menyerahkan diri bukan karena dia sudah kehabisan jalan untuk untuk
membalikkan
keadaan dan melarikan diri, namun karena memang dia sudah tidak lagi memiliki tujuan untuk hidup dan
kehabisan gairah melakukan perjuangan apapun setelah kematian orang
terkasihnya.
Madhon ditahan dalam sebuah penjara di pulau terpencil karena tindakan
pembunuhan dan pemberontakannya dianggap suatu kejahatan yang luar biasa berat. Mulanya Madhon dijatuhi hukuman mati, namun karena aksi solidaritas masyarakat yang merasa Madhon dan Ayana sudah berperan
penting dalam memperjuangkan dan mewujudkan kebebasan di kota mereka akhirnya
hukuman mati Madhon ditangguhkan oleh pengadilan dan diganti dengan penjara
seumur hidup di pulau terpencil untuk mencegah Madhon berkomunikasi dengan dunia luar.
Tahun-tahun awal dipenjara, Madhon sempat merasa frustasi karena
merasa sia-sia saja dia hidup di dunia ini jika kebahagiaan dan hidupnya telah mati mendahuluinya. Dia sempat meminta pengadilan untuk kembali menjatuhinya
hukuman mati, namun hal itu ditolak oleh masyarakat dan juga pengadilan.
Madhon hanya bisa menjalani hari-hari
sepi dalam hidupnya di penjara terpencil dan sendirian. Penjara itu memang
dikhususkan bagi penjahat kelas tertinggi, yang bukan lagi melakukan kejahatan kriminal biasa tapi sudah
dianggap dapat memecah
belah dan merusak ideologi hingga melakukan pemberontakan. Penjara ini sempat dihuni oleh Arya, namun karena penyakit
kejiwaannya semakin
menjadi-jadi hingga akhirnya bunuh diri kemudian membuat penjara ini kosong dan kini dihuni oleh Madhon seorang.
Mulanya Madhon sempat didatangi oleh seseorang yang
sangat berpengaruh di kota itu dan menawarkan kebebasan kepada Madhon karena dia ingin membalas
budi. Tidak hanya ingin
membalas budi,
dia juga menginginkan
Madhon bisa bekerja untuknya karena reputasinya sebagai ahli strategi yang
sudah tidak perlu diragukan lagi. Orang itu adalah Martha, mantan sekretaris Madhon di tempat
dulu dia bekerja di perusahaan ban mobil.
Martha bisa
dengan mudah memasuki tahanan khusus itu karena sekarang dia ditunjuk menjadi
pengganti walikota yang mati bahkan tanpa menghabiskan satu tahun masa jabatannya
dan masih tersisa sembilan tahun lagi. Dia diangkat menjadi walikota karena dia adalah sekretaris
walikota yang sebelumnya. Terlebih struktur di kota itu tidak memiliki wakil walikota namun
langsung sekretaris walikota sehingga membuat Martha menjadi satu-satunya opsi
untuk menggantikan walikota yang dibunuh oleh Madhon.
Madhon dengan tegas menolak karena
dia ingin berhenti dari jurang peperangan tiada ujung bernama politik itu. Madhon menyarankan Martha untuk
meminta dukungan dari Martin saja karena menurut Madhon setidaknya dia lebih
bisa bersahabat dibandingkan Thomas dan yang lainnya. Selain sudah muak dengan
peperangan tiada ujung, Madhon juga telah kehilangan semangat perjuangannya. Kehilangan semangat juang sama artinya
dengan kehilangan kecerdasan dan semua kemampuan yang membuat reputasinya sangat ditakuti di
masa lalu.
Martha hanya bisa terdiam dan tak
bisa berbuat apa-apa karena Madhon sudah memutuskan. Namun dia berjanji akan
menjatuhkan musuh Madhon yang tersisa yaitu Thomas dan kedua ketua partai yang
dulu mengusung Seno bersama Madhon. Dia berjanji akan membayar hutang budinya
dengan menggusur semua musuh yang menyebabkan Madhon menjadi seperti sekarang.
Mendengar itu Madhon tidak
menanggapi lalu balik badan menuju sisi paling gelap di ruangan itu. Dia benar-benar sudah tidak peduli dengan urusan
orang lain apalagi yang menyangkut perpolitikan. Martha akhirnya pamit untuk
pergi sembari mengingatkan Madhon untuk terus berusaha hidup karena Ayana kekasihnya yang telah mati
mendahuluinya berpesan padanya untuk terus melanjutkan hidup.
Madhon kembali mengingat kata-kata terakhir dari
kekasihnya. Namun mau bagaimanapun berusaha, dia saat ini tidak
lagi memiliki tujuan hidup bahkan secara tidak langsung telah kehilangan
jiwanya tepat saat Ayana menghembuskan nafas terakhir dan kini yang tersisa
hanya sebuah raga kosong tanpa jiwa.
Selama mendekam
di penjara, Madhon hanya bisa menyesali semua yang dia lakukan serta kembali
memikirkan apakah semua keputusan dan langkah yang dia ambil adalah langkah
yang tepat atau justru adalah langkah yang salah. Jika menurut orang-orang dia
adalah ahli strategi terbaik di kota itu dan selalu mengambil langkah yang
tepat, tapi kenapa pada akhirnya dia mengambil langkah yang justru membuat
kekasihnya harus mati terbunuh.
Jika saja dia
tetap bersama Seno sampai akhir, dia mungkin akan tetap bisa bertemu dengan
Ayana di rumah tahanan dan tentunya kekasihnya tidak akan mati mendahului
dirinya seperti saat ini. Keputusan untuk melawan Seno dengan melakukan pemberontakan adalah penyesalan
terbesarnya dan selalu menghantui pikiranya setiap saat.
Selama hampir satu tahun dia benar-benar dihantui oleh penyesalan yang mendalam hingga
membuatnya tidak bisa tidur setiap malamnya. Penyesalan itu bukan cuma membuat dirinya tidak bisa tidur
karena selalu memimpikan kekasihnya mati ditembak oleh sahabatnya senidiri, namun juga mengganggu kesehatannya yang sekarang mulai rapuh.
Di pulau yang hanya berdiri sebuah
penjara itu sebenarnya dia bisa melakukan apapun karena pulau itu luas dan dikelilingi
oleh lautan lepas. Pulau itu dikelilingi dengan pagar besi di lautan lepas yang dijaga oleh puluhan pasukan
khusus untuk mencegah dia melarikan diri. Namun itu hanya di awal saja karena di tahun-tahun berikutnya para
penjaga sudah tidak lagi khawatir dengan seorang pria yang bahkan tidak punya
semangat untuk hidup.
Menjelang akhir hidupnya, Madhon
masih sakit-sakitan dan terus diganggu oleh mimpi buruk saat
kematian sang kekasih. Madhon terus menyesali keputusannya melakukan pemberontakan kepada sahabatnya. Bukan karena dia takut, namun karena keputusannya telah membuat kekasihnya,
kehidupan,
dan semangatnya mati terlumat oleh takdir begitu cepat.
Madhon berjalan menaiki bangunan
penjara untuk melihat semua sudut yang selama ini belum pernah dia telusuri. Saat sampai
di balkon penjara yang langsung
berhadapan dengan laut lepas, Madhon melihat seekor kucing berwarnya oranye yang
mengingatkannya
dengan sebuah operasi yang dia namai Operasi Kucing Oranye. Dia melihat sesuatu yang aneh, tidak biasanya dia melihat seekor
kucing berada di batu karang di pinggiran laut lepas. Rupanya kucing itu sedang mencari mangsa berupa ikan di laut lepas.
Perilaku kucing itu membuat Madhon kebingungan. Kenapa ada kucing di pinggir laut lepas? Bukankah semua
kucing takut dengan air?. Saat Madhon masih kebingungan, tiba-tiba kucing itu
melompat ke dalam laut karena melihat ikan yang akan menjadi mangsanya. Benar
saja, karena laut bukanlah habitat normal bagi kucing untuk mencari mangsa maka
dia akhirnya mati tenggelam dan terbawa arus ombak yang deras di laut lepas.
Madhon kaget melihat ada kucing seberani dan senekat itu
hingga berani berburu dan menantang lautan yang kejam. Melihat itu membuat Madhon
sedikit mengingat dan menyadari bahwa penyesalan yang selama ini dia alami berada
di titik yang salah. Setelah melihat kucing itu mati di laut lepas dia
baru menyadari bahwa keputusannya bukan salah karena melakukan pemberontakan
namun sudah salah sejak dia memutuskan untuk melakukan Operasi Kucing Oranye.
Masuk ke dalam dunia politik sama halnya
dengan menjual jiwa kepada setan. Jika menang maka kau akan mendapatkan manis
yang tiada tara,
namun buah manis itu hanyalah ilusi sesaat. Sejatinya
sejak saat dia masuk ke dalam dunia bawah tanah itu dia seperti seolah menjual
jiwanya kepada setan dan akan dilahap hingga mati kapan saja di dalam lingkaran
neraka yang tiada ujungnya.
Seperti kucing
yang sejak awal sudah salah dalam memilih tempat berburu. Habitat asli buruannya
adalah di rumah-rumah atau di gang-gang kota yang banyak sisa makanan atau
tikus yang berkeliaran bukan malah memilih untuk berburu di laut lepas. Sejak
dia mulai memutuskan untuk berburu di habitat yang salah, maka sejak saat itu
juga dia telah menyerahkan nyawanya kepada lautan.
Madhon tersadar bahwa selama ini
dirinya telah salah dalam menilai penyesalan. Dengan batuk-batuk dan nafas yang
mulai menipis,
akhirnya setelah bertahun-tahun senyum di wajahnya kini muncul kembali. Bukan karena
dia tidak lagi menyesal, tapi karena dia sedang menertawakan dirinya yang
dianggap sebagai ahli strategi terbaik di kota itu ternyata sangat bodoh dan
bahkan tidak bisa menganalisis penyesalannya sendiri.
Madhon mulai lemas karena penyakit yang dia
derita kini semakin parah dan mulai kehilangan fokus pada matanya. Madhon
terjatuh dari balkon dan langsung terjun bebas menuju laut lepas. Dia tenggelam membawa semua penyesalan
dan menanggung cinta dalam sebuah penyesalan. Dia hanya bisa melihat gumpalan
air laut yang memenuhi pandangannya. Menjelang
kematiannya, Madhon kembali mengingat semua momen yang dia alami. Mulai sejak dia tinggal di kampung
hingga akhirnya memutuskan merantau ke kota dan bertemu dengan cinta pandangan pertamanya yaitu Ayana di Thailand.
Madhon sangat bahagia mengingat momen-momen
kebersamaannya
dengan Ayana,
namun semua momen itu hilang ketika mengingat saat dia memutuskan untuk masuk dalam
jurang tiada ujung dalam peperangan politik. Madhon sedikit demi
sedikit mulai kehilangan kesadaran karena tidak hanya sedang sakit namun kini
dia sedang tenggelam di lautan lepas yang membuatnya kehilangan nafas.
Seorang pemuda
kampung yang memutuskan untuk merantau merubah nasib dan meningkatkan taraf
hidup di kota, seorang pemuda yang sudah pernah mati menanggung cinta, dan
seorang pemuda yang terjerumus dalam jurang tiada akhir dan neraka yang tiada
ujungnya hingga dianggap sebagai seorang ahli strategi terbaik bahkan dianggap
sebagai pahlawan oleh seisi kota kini menghembuskan nafas terakhirnya di dasar
lautan. Tenggelam di tempat paling gelap dan sunyi dan tanpa seorangpun yang
mengetahui. Semua
pencapaian dan derita kini hilang dalam kematian yang sepi. Hiruk pikuk, riuh
ramai, bising, dan merdu kini sunyi seketika.
Pahlawan yang
selama ini kita tonton di layar kaca selalu mendapatkan perlakuan yang istimewa
saat hidup hingga kematiannya, ternyata fakta di dunia nyata sangat berbeda
dari pahlawan di layar kaca. Pahlawan di dunia nyata seperti Madhon yang
dianggap sebagai pahlawan pembebasan bagi seluruh warga kota harus hidup
menanggung penyesalan dan mati dalam kondisi kesepian.
Dalam kegelapan kematian, Madhon tiba-tiba melihat seutas cahaya dan berusaha menghampiri cahaya
tersebut. Saat mencapai
titik cahaya itu tiba-tiba dia terbangun karena kepala desa yang membangunkannya. Ternyata selama ini yang Madhon
alami adalah sebuah mimpi. Anehnya mimpi itu terasa sangat aneh mengingat kejadian kebahagiaan dan kepedihan
yang dia alami serasa begitu nyata. Dia bertanya-tanya apakah ini hanya sebuah
mimpi atau dia justru kembali ke masa lalu dengan semua ingatan dan pengalaman yang membekas di dalam dirinya.
Saat masih dalam kebingungan, Madhon disadarkan kembali oleh
kepala desa yang datang untuk mempertemukan Madhon dengan seseorang yang
ternyata adalah Aryapati sang walikota yang sempat Madhon jatuhkan dulu.
Kedatangannya
ke sana adalah untuk membeli rumah
Madhon karena rumah tempat tinggal Madhon adalah titik koordinat yang menurut
para peneliti mengandung minyak bumi di bawahnya. Madhon masih tidak bisa mencerna semua kejadian ini. Tiba-tiba muncullah seseorang yang membuat dirinya
semakin terkejut. Orang itu adalah Ayana yang datang menemani Ayahnya.
Madhon benar-benar terkejut karena
ini adalah sebuah kejadian yang aneh. Madhon masih berusaha mencerna semua
kejadian yang terjadi dan berusaha menyimpulkan apakah ini memang mimpi atau
dia telah kembali ke masa
lalu. Madhon kembali disadarkan oleh kepala desa yang memarahinya karena telah mengabaikan walikota. Dia tersadar
dan meminta semua orang untuk menunggu sebentar. Dia masuk ke dalam rumah dan menghadap kaca lalu membuka bajunya untuk
melihat punggungnya yang ternyata dia masih memiliki bekas luka akibat siksaan
di Thailand dulu. Itu artinya ini bukanlah mimpi atau Madhon yang bangun dari
mimpinya yang panjang. Namun ini adalah kesempatan kedua…Tamat…..
Wkwkwk maaf telah membuat kalian berekspektasi
tinggi. Tapi dalam sebuah alam semesta kecil imajiner kenyatan selalu bisa
diputarbalikkan
dan disusun ulang. Di dalam alam semesta kecil imajiner, pemilik alam semesta kecil selalu
memiliki kekuasaan tertinggi dan mutlak. Pemilik alam semesta kecil punya kuasa
untuk mengangkat martabat
orang paling tercela juga mampu mencela dan menghinakan orang paling
bermartabat dan paling suci sekalipun.
Di dalam alam semesta kecil ini sang
pemilik mampu mematikan kehidupan dan menghidupkan kematian. Jadi jika kalian
menganggap akan dengan mudah menebak ending cerita maka kalian salah besar, karena tidak
semudah itu ferguso. Yang kalian lawan adalah Sang Pemilik dan Penguasa alam semesta kecil bernama
imajinasi wkwkwk.
Selamat menikmati ending
series Guyon
Madhon dan Selamat Hari Raya Idul Fitri. Penulis mengucapkan mohon maaf
lahir dan batin jika selama ini dalam cerita series Guyon Madhon selalu membuat kalian para
pembaca jengkel ataupun sedih. Tapi ya cuma maaf doang kalo disuruh buat berhenti ya itu terserah Saya wkwkwk.
Kontributor : Ahmad Robith
Editor :
Wiwid Fitriyani
Design : M.
Helmi Kurniawan
Komentar
Posting Komentar