Mengetahui fakta yang sangat
mencengangkan dan mengecewakan membuat Ayana lemas tak berdaya. Dia tidak bisa mencerna seluruh informasi
yang diterima secara
mendadak dan dalam situasi mencekam itu. Dia baru mengetahui bahwa ternyata Madhon adalah otak di balik semua kejadian malang yang
menimpa dirinya. Bermula dari ayahnya yang digulingkan dari posisi
walikota hingga dirinya yang harus ditahan karena dianggap mewarisi ideologi
ekstrim ayahnya dan dikhawatirkan akan membuat gerakan perlawanan di kota itu.
Ayana
benar-benar tidak menyangka sekaligus kecewa karena Madhon merupakan laki-laki
yang dia cintai dan satu-satunya yang memperlakukan dia dengan baik. Kejamnya
dunia tak hanya merenggut dan menghancurkan kebahagiaan keluarga kecil miliknya,
bahkan membuatnya berfikir sebagai orang yang dicintai oleh laki-laki baik hati
namun ternyata adalah perwujudan bencana miliknya selama ini. Tidak hanya membohongi Ayana, Madhon juga menjadi otak atas semua
bencana dan kesedihan yang menimpanya bertubi-tubi.
Mengetahui semua fakta itu membuat
kewarasan Ayana
benar-benar terguncang dan bahkan hampir gila. Dia sempat berfikir untuk
mengakhiri hidupnya daripada harus dihantui oleh kemarahan dan kebencian kepada Madhon dan
juga dunia seisinya yang telah benar-benar tidak adil kepadanya. Ayana mendekat ke arah bawahan Seno dan meminta mereka
untuk membunuhnya saja dengan senjata apai yang mereka bawa.
Menyadari bahwa
Ayana akan melakukan sesuatu yang nekat, Madhon langsung menahannya. Ayana menolak
dengan memberontak kepada Madhon sembari bersumpah serapah dan menganggap
Madhon adalah seorang penghianat yang hanya memanfaatkan dirinya untuk
menjatuhkan ayahnya. Ayana bertanya kepada Madhon apakah dia masih belum puas
dengan membuat ayahnya mendekam di penjara seumur hidup dan kini ingin menyiksa
dirinya juga dalam rumah tahanan dengan rasa kebencian terhadap dunia?.
Madhon tak bisa
berkata-kata. Kenyataannya memang dia adalah orang yang menyelipkan alat
penyadap di kelopak bunga tulip yang dia berikan kepada Ayana dengan sengaja
untuk mengetahui informasi penting yang dapat menjatuhkan walikota. Madhon hanya bisa meyakinkan bahwa
dia melakukan itu semua karena terhimpit oleh keadaan dan untuk kepentingan politik
semata.
Tentu saja Ayana tidak mungkin
percaya dengan semudah itu. Ditambah lagi dia sudah memberitahukan
lokasi tempat ayahnya menyembunyikan aset miliknya. Itu juga pasti merupakan
salah satu alasan kenapa Madhon tetap mendatangi dirinya di rumah tahanan
politik selama ini. Ayana
terus saja memberontak dengan marah sambil mengeluarkan air mata karena
perasaannya
yang campur aduk.
Bagaimana tidak, orang yang selama ini dia cintai ternyata adalah dalang dari
semua bencana yang menimpanya.
Maadhon sudah tidak bisa menenangkan
Ayana. Dia
benar-benar berada di dua situasi yang sangat sulit. Satu sisi dia
dibenci oleh wanita yang dia cintai karena mengetahui identitas asli dirinya,
di sisi lain dia dan Ayana juga sedang dalam kondisi hidup dan mati karena
mereka berdua sedang di kepung oleh anak buah Seno yang merupakan pasukan
terlatih dan juga membawa senjata lengkap. Madhon bisa saja melawan namun pada
akhirnya dia hanya mengantarkan nyawa dengan percuma karena dengan kemampuan
dan senjata mereka dapat menghabisi nyawa Madhon dan Ayana kapan saja.
Madhon dan Ayana masih saja
meributkan urusan mereka. Ayana sibuk memberontak karena ingin mengakhiri
hidupnya, sedangkan
Madhon sibuk meyakinkan Ayana bahwa kondisi yang sebenarnya terjadi lebih rumit
dari yang dia bayangkan. Kebisingan perdebatan mereka sirna
karena dikagetkan dengan suara tembakan. Mereka sama-sama terdiam dan menoleh
ke arah anak buah Seno karena mereka pikir yang menembak adalah anak buah Seno.
Namun justru salah satu diantara anak buah Seno yang tumbang dan disusul dengan
suara berondongan peluru yang menghapuskan semua anak buah Seno dari dunia ini.
Tembakan tadi rupanya berasal dari anak buah Martin yang datang untuk
menolong Madhon dan Ayana. Salah satu bawahan Martin meminta Madhon untuk segera
masuk ke mobil karena mereka
tidak punya banyak waktu. Seno sudah mengirimkan satu legion pasukan untuk menangkap
mereka semua. Mendengar itu membuat Madhon tidak punya pilihan lain. Sembari
meminta maaf
kepada Ayana dan akan menjelaskan semuanya setelah kondisi aman, Madhon memukul
bagian tengkuk belakang kepala Ayana yang membuatnya pingsan agar dia tidak
memberontak dan mereka bisa kabur dengan naman.
Ayana yang pingsan dibopong oleh Madhon menuju mobil untuk melarikan diri.
Tanpa banyak basa-basi mereka langsung tancap gas untuk menghindari baku tembak kembali dengan bawahan
Seno yang dikirim untuk menangkap mereka. Mereka tidak cuma menyelamatkan Ayana dan
Madhon namun juga
mengirim orang ke penjara
untuk menyelamatkan Maria, wanita paruh baya pemilik panti asuhan yang sekaligus ibu kandung Ayana.
Mereka tidak kabur menuju kantor
korporasi milik Martin, jika menuju ke tempat
itu pasti akan menjadi
masalah besar karena itu adalah satu-satunya tempat untuk menjalankan operasi balas dendam
Madhon. Mereka menuju ke suatu
tempat yang sangat tersembunyi agar aman dan kantor korporasi Martin tidak dijadikan tempat operasi
penangkapan oleh polisi.
Setibanya di sana sudah ada Maria dan pasukan bayaran yang telah menunggu Madhon. Ayana yang sejak
tadi pingsan juga tiba-tiba bangun dari pingsannya. Ayana kaget karena saat bangun
dia berada di tempat yang tidak
dia kenali dengan dikelilingi oleh banyak orang bersenjata. Setelah melihat ke satu sisi dia akhirnya
melihat Madhon dan langsung menghampirinya. Ayana meminta Madhon untuk membunuhnya saja
agar Madhon lebih puas.
Madhon meminta Ayana untuk tenang dan
duduk karena Madhon akan mempertemukan dirinya dengan seseorang yang akan menjelaskan semua.
Orang itu adalah Maria, ibu kandung dari Ayana. Meskipun pada awalnya sempat kaget dan marah
karena Maria merupakan saksi yang membuat ayahnya dipenjara seumur hidup yang
berarti juga ikut andil dalam kemalangannya, namun kemudian dia tersadar bahwa Maria tidak salah
karena bersaksi mengingat dia juga korban kejahatan ayahnya.
Setelah Ayana tenang, Maria mulai
menjelaskan bahwa dia adalah ibu kandung Ayana. Dulu dia diperkosa oleh ayah Ayana bukan karena nafsu namun hanya ingin
menyiksa Maria dengan rasa malu sebagai pembalasan dendam pada ayah Maria yang telah
menyiksanya sewaktu kecil. Kemudian untuk Madhon, dia melakukan semua ini karena diminta oleh Maria karena Maria sudah tidak kuat menahan malu dan
menyimpan semua kejahatan yang dilakukan oleh ayah Ayana. Maria adalah orang yang meminta
Madhon untuk memenjarakan ayah Ayana sekaligus menjaga Ayana.
Mendengar bahwa orang di depannya adalah ibu kandungnya seketika
membuat Ayana kaget dan menangis. Ternyata wanita yang selama ini dia kira ibu
kandungnya tak lain hanyalah seorang jalang suruhan ayahnya untuk menutupi
kedok sebagai penyuka sesama jenis. Ayana menangis karena ternyata masih ada orang yang
menyayanginya sembari memeluk Maria ibu kandungnya selama ini.
Madhon juga menambahkan bahwa
orang-orang yang Ayana lihat saat ini adalah pasukan untuk membalaskan dendam
miliknya karena setelah semua yang dia lakukan untuk membuat Seno menjadi
walikota justru kini Seno malah merampas kebahagiaan dan satu-satunya alasan dia tetap mau
berjuang untuk hidup. Kebahagiaan itu adalah Ayana sebagai satu-satunya wanita
yang dia cintai.
Ayana mendengar semua kebenaran
tentang kejadian masa lalu dan juga tentang Madhon yang ternyata tidak
menghianatinya. Dia langsung menghampiri dan memeluk Madhon sembari berkata
kalau dia juga mencintai Madhon sejak mereka menghabiskan waktu di Thailand.
Mereka akhirnya berpelukan dan menyatakan cinta mereka berdua
Haru kebahagiaan cinta itu harus
ditunda karena medan pertempuran balas dendam membutuhkan Madhon untuk memimpin
operasi. Mengetahui bahwa dia harus pergi ke pusat kota untuk memimpin
pemberontakan, Madhon melepaskan pelukan dan meminta Ayana untuk menunggunya
sebentar karena dia harus menyelesaikan apa yang telah dia mulai. Mendengar itu
Ayana hanya bisa mengangguk dan meminta madhon untuk berhati-hati dan kembali
dengan tidak kurang dari satu bagian tubuh manapun karena dia tidak mau lagi
kehilangan orang yang dia cintai.
Sesampainya Madhon di kantor
korporasi milik Martin, dia langsung mengoordinasikan semua hal tentang demonstrasi yang
digelar di semua titik-titik penting di kota itu dan yang paling
banyak masa demonstrasinya berada di depan balai kota. Selain aksi demonstrasi, dia juga mengoordinasi media milik Martin untuk terus memojokkan Seno sebagai penipu dan perampas
kebebasan yang sesungguhnya.
Seno harus dicap
sebagai koruptor yang rakus karena selain menerima suap dari konglomerat untuk membuat
perusahaan-perusahaan bangkrut dan membeli sahamnya dengan harga murah, dia
juga berniat mengambil harta milik walikota sebelumnya yang telah diwariskan
kepada anaknya. Tidak
cukup dengan memenjarakan ayahnya, kini dia ingin merampas dan memiskinkan anak semata wayang walikota
sebelumnya.
Semua aksi demonstrasi juga menyuarakan hal yang sama
yaitu meminta Seno
untuk mundur dari jabatannya karena dianggap telah gagal dalam mengawal kebebasan dan
malah menjadi tirani baru perampas hak pengusaha yang pada akhirnya juga akan merampas hak milik masyarakat juga.
Semua gerakan telah terkoordinasi yang
membuat Madhon dan Martin sedikit tenang. Namun dalam ketenangan itu muncul
bawahan Martin yang mengabarkan kapada Madhon bahwa tempat dia menyembunyikan
Ayana telah diserang oleh bawahan Seno. Dalam penyerangan itu Maria ditembak
mati di tempat dan semua
pasukan yang menjaga mereka berdua juga telah dihabisi.
Madhon yang mendengar itu seketika terlonjak dari kursinya dan langsung
menanyakan kabar Ayana karena si bawahan itu tidak memberitahukan kabar Ayana
sama sekali. Ternyata
dia tidak menemukan Ayana di sekitar tempat itu, bahkan jika Ayana dibunuh harusnya mayatnya berada di sana. Madhon benar-benar marah dan
menarik kerah baju bawahan Martin itu.
Saat Madhon ingin memarahi bawahan
Martin itu, tiba-tiba teleponnya berbunyi dan tenyata yang menelepon adalah Seno. Dia sempat dicegah untuk mengangkat
telepon dari
Seno, namun karena Ayana
menghilang dan firasat Madhon mengatakan bahwa Ayana sekarang berada di tangan
Seno maka dia tanpa pikir panjang langsung mengangkat telepon itu. Rupanya benar bahwa Ayana tengah diculik dan
ditahan oleh Seno di kantornya.
Madhon benar-benar murka kepada Seno yang melibatkan orang
lain dalam masalah pribadi mereka. Seno tidak banyak menanggapi
amarah Madhon dan memintanya untuk mengambil mayat Ayana dengan tangannya sendiri di kantornya. Mendengar
itu Madhon lalu membanting ponselnya. Madhon dengan marah menuju ke balai
kota untuk menyelesaikan urusan dirinya dengan sahabat lama yang menghianatinya
itu. Dia meminta semua persenjataan yang dapat dia bawa menuju balai kota dan pergi sembari meminta Martin
untuk menyiapkan rencana cadangan karena dia sendiri bahkan tidak tau apakah akan
kembali dengan selamat atau tidak.
Mendengar itu Martin sempat mencegah
Madhon untuk pergi. Namun apalah daya tidak ada seorang manusia bahkan dewa
sekalipun yang bisa menghalangi seorang pria dalam memperjuangkan cintanya.
Madhon akhirnya pergi menuju balai kota dengan membawa persenjataan untuk berperang dengan
sahabatnya sendiri. Dia
menerobos barisan pendemo dan masuk melalui pintu belakang
Sesampainya di loby ternyata dia
sudah ditunggu oleh Seno yang menahan Ayana. Seno menyuruh Madhon untuk menyerah dan kembali
mengingat pertemanan mereka berdua dulu, bahkan mereka lebih dulu berteman sebelum
dia bertemu jalang
bernama Ayana ini. Mendengar itu membuat Madhon marah karena Ayana merupakan
wanita yang dia cintai dikatai jalang oleh seorang penjahat.
Seno yang melihat kemarahan Madhon
menganggap bahwa Madhon tidak akan berpihak kepadanya lagi. Seno lalu mengatakan kata-kata
terakhirnya sebagai sahabat Madhon dan selanjutnya mereka akan benar-benar
menjadi musuh. Dia mengatakan pada Madhon untuk bersiap menerima segala resiko
atas apa yang telah dia
perbuat karena politik dan kekuasaan memanglah demikian.
Jika Madhon
berani mengusik ketenangan dan kekuasaan seorang penguasa maka Madhon juga
harus siap untuk kehilangan kebahagiaan satu-satunya yang dia miliki sebagai
bayaran atas sikap keras kepalanya. Seno mengucapkan itu sambil melesatkan peluru yang tepat
mengenai jantung Ayana dan membuatnya ambruk seketika.
Melihat wanita yang dia cintai
tergeletak di lantai dan berlumuran darah membuat mata Madhon terbelalak.
Sahabat yang dulu dia perjuangkan kini dengan tega membunuh kekasihnya di depan
matanya tanpa belas kasihan. Madhon menghampiri Ayana yang sudah tergeletak dingin dan hampir kehilangan
kesadaran. Madhon mengangkat tubuh Ayana dan meletakkan di pangkuannya.
Dalam pangkuan
Madhon, Ayana hanya bisa berkata lirih. Ayana berkata bahwa dia bersyukur
meskipun mendapatkan berbagai masalah dan ketidakadilan dalam hidup, namun dia
masih memiliki Madhon sebagai kebahagiaan terakhir yang dia miliki. Dia juga bersyukur karena wajah
terakhir yang dia lihat sebelum ajal menjemput adalah orang terkasihnya yang
sangat dia cintai.
Mendengar kata-kata terakhir Ayana membuat Madhon tidak bisa
menerima semua kenyataan yang terjadi dan meminta Ayana untuk diam karena jika
terus bicara dia akan kehabisan banyak darah. Madhon meminta Ayana untuk
bertahan sebentar lagi karena dia akan membawanya ke rumah sakit. Sayangnya peluru yang telah menembus jantung Ayana adalah persoalan yang bahkan
keajaibanpun akan berfikir dua kali untuk membantunya.
Ayana mulai
kehilangan kesadaran sambil mengatakan pada Madhon untuk tetap hidup bahagia
dan tetap semangat melanjutkan hidup karena di kehidupan selanjutnya pun dia
akan tetap mencintai Madhon. Mata Ayana sudah mulai kehilangan fokus dan tangan
yang sebelumnya mengelus pipi Madhon kini jatuh. Ayana, wanita dengan arti nama
seharum bunga itu harus meregang nyawa akibat peperangan politik yang tak
berujung.
Madhon yang melihat
kekasihnya meregang nyawa di depan matanya akibat dibunuh oleh sahabatnya
sendiri hanya bisa menangis meratapi nasib malang yang menimpa mereka berdua
bahkan belum ada satu hari sejak mereka berdua saling menyatakan cinta. Namun takdir
selalu tidak adil kepada mereka yang saling mencintai karena mereka harus
dipisahkan oleh ajal yang menjemput salah satu dari mereka lebih dulu.
Selain menangis sedih, Madhon juga marah dengan berapi-api karena
kekasihnya dibunuh di depan
matanya sendiri. Madhon meletakkan mayat kekasihnya itu ke lantai dan berkata untuk
menunggunya sebentar. Madhon ingin menguburkan Ayana dengan layak dan berjanji
akan menaburi jalan
kuburannya
dengan darah milik Seno.
Madhon berdiri menatap semua bawahan
Seno dan bertekad akan mecabut setiap nyawa yang dia lihat telah menyaksikan
kekasihnya dibunuh. Madhon memburu mereka semua dengan cosplay layaknya
seorang John
Wick yang memiliki
julukan sebagai pembunuh paling mengerikan dalam sejarah. Peluru Madhon menembus setiap kepala orang yang dia lihat di depannya
hingga sampailah dia di depan Seno sebagai syarat terakhir untuk menguburkan
kekasihnya.
Seno yang kaget melihat Madhon bisa sampai ke ruangannya dan berhasil menghabisi semua bawahannya langsung lemas karena tau bahwa
target selanjutnya adalah dirinya. Seno bersujud memohon ampun dan meminta
Madhon untuk mengingat semua momen kebersamaan mereka di masa lalu. Namun pistol yang dibawa
Madhon sudah menempatkan diri di posisinya yaitu tepat di dahi Seno.
Madhon yang mendengar ucapan menjijikkan dari Seno lalu mengatakan bahwa
dia mengingat semua momen dengan Seno. Seno berfikir bahwa Madhon akan memaafkan dirinya dan
memberanikan diri
melihat wajah Madhon. Sialnya takdir berkata lain karena peluru sudah melesat menembus tempurung kepalanya. Madhon membunuh sahabat dekat
yang dulu dia perjuangkan sambil berkata kalau dia mengingat semua momen
bersama Seno termasuk momen dia membunuh kekasihnya di depan matanya sendiri.
Madhon mengambil mayat Seno lalu melemparkannya keluar dan dijatuhkan ke tempat para
demonstran seraya mengatakan bahwa mereka telah menang dan meminta mereka untuk
berhenti berteriak.
Madhon turun dari ruangan walikota sambil menggotong mayat wanita terkasihnya keluar dari gedung balai kota itu. Madhon bukan cuma menggotong sebuah mayat, namun dia menggotong seluruh kenangan dan
cinta yang tak sempat mereka curahkan. Dia menggotong sebuah harapan tentang kebahagiaan
hidup yang pupus oleh takdir yang tidak adil. Madhon menggotong cinta yang
abadi dalam kematian.
Madhon keluar membawa mayat seorang wanita dengan
berjalan tegap namun dengan air mata yang mengalir di pipinya. Pemandangan itu
membuat semua demonstran
yang ada di sana terdiam dan
menyadari bahwa Madhon adalah orang yang telah membunuh walikota. Madhon mendekat ke arah mereka dan menyerahkan mayat terkasihnya sembari meminta
tolong untuk menguburkan mayat
tersebut karena dia sebentar lagi akan ditangkap
oleh polisi.
Mendengar
permintaan Madhon itu, para demonstran langsung menggotong mayat seorang wanita
yang nantinya akan dikenal sebagai lambang dari kemenangan dan kebebasan
bernama Libertayana yang patungnya akan berdiri megah di kota itu sekaligus
menjadi identitas kota bersama Madhon sebagai pahlawan pembebasan.
Madhon meninggalkan kerumunan yang
membawa mayat orang tercintanya itu dan mendatangi polisi dengan menyodorkan
tangan meminta untuk ditangkap. Untuk apa lagi dia hidup bebas jika tanpa cinta. Dia hanya akan mengalami kekosongan
dan siksaan yang tiada akhir. Madhon akan menanggung seluruh nestapa tiada
akhir ini hingga ajal menjemputnya di penjara.
Madhon ditangkap atas tuduhan
pemberontakan dan pembunuhan walikota. Setiap perjuangan pembebasan pasti ada
kebebasan dan kebahagiaan seseorang yang harus dikorbankan untuk memperjuangkan
kebebasan orang lain. Orang yang rela mempertaruhkan kebebasannya hanya akan
mendapatkan nestapa tiada akhir karena kehilangan hal paling berharga darinya, yaitu cinta yang teramat singkat.
Kontributor : Ahmad Robith
Editor :
Wiwid Fitriyani
Design : M.
Helmi Kurniawan
Komentar
Posting Komentar