Sebuah catatan ini saya tuliskan ketika disela sela saya melihat story tentang ucapan harlah yang banyak bersliweran di story media sosial. Februari 2025 merupakan bulan ke 2 yang mungkin bagi sebagian orang bulan biasa tanpa perayaan apapun di dalamnya kecuali kalian ulang tahun. Nah di momen ini bagi sebagian orang lain merupakan momentum yang ditunggu yakni tanggal 24 Februari 2025 menjadi harinya rekan-rekan IPNU.
Di hari itu juga, momen yang tepat untuk merefleksi dan memaknai kembali setahun bahkan lebih ketika mengenal IPNU pada pertama kalinya dan proses didalamnya. Ya, tentunya banyak yang berterima kasih di ruang juang ini. Tapi bagi saya yang selalu berpikiran suudzon terhadap sesuatu izinkan saya untuk menuangkan beberapa keresahan saya dalam bentuk refleksi yang saya catat kali ini.
Ya, betul banyak sekali yang berterima kasih berproses namun layaknya seorang sopir yang harus tahu tentang mesin mobilnya. Nampaknya saya sendiri perlu untuk kemudian mengingatkan sebetulnya hakikat dan jati diri ipnu sendiri yang sebetulnya bukan soal membuat bunyi bunyi an dengan jargon, bukan hanya soal tentang pidato dengan lantang disertai tepuk tangan, bukan hanya soal upload story dengan caption dan tagar yang menghiasi tapi lebih dari itu yakni gerakan yang disertai pemaknaan dan perasaan langsung dilapangan dan kesadaran upgrade diri kemampuan dan pemikiran setiap kader didalamnya.
IPNU memiliki orientasi yakni mandat ideologi, mandat sejarah, mandat keilmuan, dan mandat sosial. Poin ini merupakan poin penting tapi masih jarang sekali bagi kita untuk kemudian tahu memahami dan mengaplikasikan dalam gerakan setiap nafasnya di organisasi ini. Jadi jangan heran kenapa sekarang banyak sekali kesulitan mencari penerus bahkan terpaksa memaksakan. Sekali lagi sopir bus tidak akan pernah punya penumpang ketika sopir tersebut tidak tahu jalan dan tujuan termasuk mesin yang di dalamnya. Sehingga ruang rumah yang sebetulnya diciptakan untuk berkembang menjadi ruang terbeban.
Bus kita sudah tidak menjadi menarik penumpang baru jika tim di dalamnya tidak tahu tujuan dan juga mesin. Sehingga ketika dalam perjalanan nampaknya semua masih kosong untuk mengatasi berbagai problem ketika bus itu mogok.
Asa saya masih ada tapi nampaknya akan susah terwujud jika kader dan individu didalamnya hanya mental kolot (dalam bahasa kendal kotok) dan tidak ada kemauan untuk berkembang belajar. Nampaknya pembahasan masalah yang tidak perlu dipermasalahkan lebih nyaring dalam tongkrongan daripada suara mandat keilmuan yang sangat jarang sekali bahkan tidak pernah dibahas di sela sela sruputan kopi.
Terakhir, bus tidak akan pernah sampai tujuan tanpa adanya ikhtiar batin. Untuk para muassis dan pendahulu dn rekan rekan yang sudah berjuang al fatihah..
Kontributor : Muhammad Syauqy Nu'man
Editor : Ahamd Robith
Komentar
Posting Komentar